Selasa, 10 Juli 2007

AWAL KEHIDUPAN

31 Maret 1974, Minggu wage, hari mendekati maghrib, sang surya berangkat menuju ke peraduannya, telah hadir di mayapada ini seorang bayi mungil dari sebuah pasangan jawa/menado/belanda - madura, R. Soenarjono - R.R. Chairini di rumah bersalin Mardi Waluyo, Kota Malang, Jawa Timur. Titipan Ilahi yang pertama pada sepasang keluarga muda yang penuh dinamika.

Bayi itu yang kelak dinamai NARINDRA YOGATAMA rupanya memang menjadi berkah bagi keluarga besar H. Abdurrahman, karena selain merupakan cucu pertama, juga merupakan suatu prasasti hidup uniknya ke aneka ragaman suku bangsa di Indonesia. Ia merupakan contoh nyata akan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dari beberapa buah suku yang ada di Indonesia. Dari seorang ayah yang ber-bapak keturunan suku Jawa ( R. Soenarjo ) dan ibu dari suku Menado/Belanda ( Maria Albertina Fransisca ) serta ibu keturunan suku Madura.

Alangkah kayanya ke-anekaragam-an suku bangsa di bumi nusantara ini. Sungguh luar biasa Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahkan berbagai dinamika ke bangsa di ufuk khatulistiwa ini lengkap dengan segala aspek kehidupan.

Berbekal dengan berbagai latar belakang budaya yang memayungi jalan hidup si bayi mungil itu, rupanya menjadikan sang Narindra seorang pangeran kecil yang hidup dengan penuh keriangan dan optimisme. Meskipun pada awal lika-liku kehidupan duniawinya acapkali dipenuhi dengan lara dan penyakit yang bergantian menerpa. Bangsal dan ruangan sempit di rumah sakit pun sangat di akrabinya. Kehidupan semasa balita yang indah itupun seringkali terselip di berbagai rumah sakit di kota Malang dan Surabaya.

Kondisi badaniah sang Narindra pun berangsur membaik setelah ia berpindah tinggal ke kota Malang pada tahun 1979 secara permanen, terpisah dari kedua orang tuanya dan diasuh oleh Eyang tercinta, Bapak H. Abdurrahman. Masa-masa awal sekolah dasar yang indah pun dilalui dengan bimbingan sang Eyang.

Bangun pagi setelah shalat subuh, berjalan kaki menuju pasar Klojen atau Alun-alun bundar pun menjadi santapan rutin selama tinggal bersama sang Eyang. Aneka wejangan, bimbingan, nasehat juga cerita kerap menjadikan masa-masa awal hidup sang Narindra kian bermakna dan berwarna. Tak lupa guyonan ala madura pun acap terlontar guna sekedar mengingatkan pada budaya leluhur dari pulau kecil penghasil garam nan panas.

Masa bersekolah di SDK Sang Timur Jl. Bandung, Malang adalah masa yang sangat indah untuk di lalui. Berbekal segala bimbingan dari segenap keluarga besar H. Abdurrahman di Jl. Panglima Sudirman no. 73, sang Narindra pun mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman baru. Inilah awal muawal perjalanan sang Narindra ber interaksi dengan sesamanya. Awal dimana dari pen-terjemahan hubungan manusia dengan sesamanya.

Rasa rindu pada sang orang tua dan adik-adik yang tetap memilih tinggal di Surabaya pun kerap terlupakan berkat keramah-tamahan dan hadirnya rasa ceria dari segenap keluarga yang pada gilirannya membangun pribadi sang Narindra dengan rasa optimisme positif dan akal serta budi yang adiluhung serta halus.

"SEGENAP RASA SYUKUR YANG TAK PERNAH PUTUS SELALU KU UCAP KE HADIRAT ILLAHI YANG MAHA SEGALANYA ATAS SEMUA KARUNIA ,BERKAH DAN HIDAYAH ISLAM SELAMA PERJALANAN HIDUP KU SAMPAI SAAT INI JUGA SAMPAI KELAK AKHIR NAFAS KU

TAK LUPA JUGA SALAM DAN SHALAWAT JUGA KU PERSEMBAHKAN PADA NABI KU, MUHAMMAD SAW. TERIMA KASIH ATAS HADIRNYA IMAN DAN ISLAM DI SEKUJUR URAT NADI DAN DETAK JANTUNGKU"


1 komentar:

naniez diary mengatakan...

untuk suamiku
Dalam diam ku bertanya
Dalam diam ku merenung
Dalam diam ku menangis
Suamiku sayang, aku bukan malaikat
aku bukan pula orang suci yang bisa baca isi kalbumu
aku cuma seorang nanis
yang selalu memaklumimu dalam diammu
kamu tau, aku sayang kamu
apapun yang kamu lakukan terhadapku
aku selalu mema'afkan kamu
sekarang,
kamu mau mema'afkan aku?
hidup di dunia ini fana, yang abadi hanyalah Allah kita
aku hanya ingin satu
sisa hidupku tenang bersamamu
tanpa rasa marah
tanpa rasa dendam
hanya cinta tulus yang muncul dari hati yang terdalam
hanya rasa damai dan tentram
sampai akhirnya ajal memisahkan